Imam
al-Ghazali Tentang Keutamaan Ilmu 3
Keutamaan Guru
Firman Allah ‘AzzaWa
Jalla
Dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (At
Taubah : 122)
Yang dimaksudkan
adalah mengajar dan memberi petunjuk.
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari
orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu) : “Hendaklah kamu menerangkan isi
Kitab itu kepada manusia dan jangan kamu menyembunyikannya” (Ali Imran : 187)
Firman itu mewajibkan
untuk mengajar.
Dan sesungguhnya sebahagian dari mereka menyembunyikan
kebenaran pada hal mereka mengetahui(Al Baqarah : 146).
Ini menunjukkan
haramnya menyembunyikan (ilmu) sebagaimana firman Allah Ta’ala mengenai saksi :
Dan barangsiapa yang menyembunyikannya maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya”. (Al Baqarah : 283).
Allah tidaklah
memberikan ilmu kepada seorang ‘alim melainkan Allah mengambil janji atasnya
seperti apa yang diambilNya dari para Nabi, yaitu agar mereka menerangkannya
kepada manusia dsn tidak menyembunyikannya [Abu Na’im dari Hadits Ibnu Mas’ud
dan seperti itu dari Abu Hurairah]
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada
orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal saleh” (Fushshilat : 33)
Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dan yane batil) dgn pelajaran yang baik” (An Nahl : 125)
Dan dia mengajari mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan
hikmah” (Al Baqarah : 129)
Hadits-hadits
Adapun hadits-hadits
maka sabda beliau SAW ketika mengutus Mu’dz ra ke Yaman: Sungguh Allah memberi
petunjuk kepada seseorang karena kamu sdalah lebih baik dari pada dunia dan apa
yang ada padanya [Ahmad dari hadits Mu’adz]
Barang siapa yang
belajar satu bab dsri ilmu untuk diajarkan kepada manusia maka ia diberi pahala
tujuh puluh orang shiddiq (orang yang membenarkan Nabi) [Abu Manshur Ad Dailami
dari Ibnu Mas’ud dengan sanad yang lemah]
Apabila datang hari
Kiyamat maka Allah yang Maha Suci berfirman kepada orang-orang yang beribadah
dan orang-orang yang berjuang “Masuklah ke syurga !”. Lalu para ulama berkata :
“Berkat kelebihan ilmu kami mereka beribadah dan berjuang”. Lalu Allah ,Azza Wa
Jalla berfirman : “Kamu sekalian di sisiKu seperti sebahagian malaikatku,
mensyafa’atilah maka syafa’atmu diterima !” Maka merekapun memberi syafa’at
kemudian mereka masuk sYurga [Abul ‘Abbas Adz Dzahabi dari Ibnu Abbas dengan
sanad yang lemah]
sesungguhnya Allah
‘Azza Wa Jalla tidak mencabut ilmu dari manusia setelah Allah memberikan ilmu
itu kepada mereka. Tetapi ilmu itu pergi dengan kepergian (meninggalnya) ulama.
Setiap kali seorang ‘alim pergi maka pergilah ilmu yang bersamaiya sehingga
apabila tidak tinggal kecuali para pemimpin yang bodoh-bodoh yang apabila
mereka ditanya maka mereka memberi fatwa tanpa ilmu maka mereka sesat dan
menyesatkan [Muttafaq ‘alaih dari Ibnu Abbas dengan sanad yang lemah]
Barang siapa yang
mengetahui suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya maka pada hari Kiyamat Allah
mengenakan kendali kepadanya dengan kendati dari api [Abu Dawud, At Tirmidzi,
Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al Hakim dari Abu Hurairah. Hakim menshahihkannya
dan At Tirmidzi menhasankannya]
Sebaik-baik pemberian
dun sebaik-baik hadiah adalah kata-kata hikmah yang kamu dengar kemudian kamu
lipat (kamu simpan) kemudian kumu bawu kepada saudaramu yang muslim, yaitu kamu
ajarkan kata-kata itu kepadanya, itu membandingi ibadah satu tahun [Ath
Thabrani dari Ibnu Abbas dengan sanad yang lemah.]
“Dunia itu terkutuk,
terkutuk (pula) apa yang ada padanya kecuali ingat kepada Allah dan apa yang
mengiringinya atau orang yang mengajar atau orang yang belajar [At Tirmidzi dan
Ibnu Majah dari Abu Hurairah. At Tirmidzi mengatakan hadits hasan gharib.]
sesungguhnya Allah
Yang Maha Suci, malaikutNya dan penghuni langit dan bumiNya sehingga semut di
dalam liangnya dan ikan di lautan itu memohonkan rahmat (selain Allah,
sedangkan Allah memberikan rahmat) kepada orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia [At Tirmidzi dari Abu Umamah dan ia mengatakan gharib, dan pada
naskah lain hasan shahih]
Tidaklah seorang
muslim memberifaidah (kemanfa’atan) kepada saudaranya lebih utama dari pada
pembicaraan yang baik yang sampai kepadanya lalu ia menyampaikannya [Ibnu Abdil
Bam dari riwayat Muhammad bin Al Mungkadir, mursal]
Kata baik yantg
didengar oleh orang mu’min lalu diajarkannya dan diamalkannya adalah lebih
baginya dari pada ibadah setahu [Ibnul Mubarak dari riwayat Zaid bin Aslam,
mursal]
Pada suatu hari
Rasulullah SAW keluar lalu beliau melihat dua majlis, yaitu salah satunya mereka
berdo’a kepada Allah dan cinta kepadaNya, dan yang kedua mereka mengajar
manusia lalu beliau bersabda :
Adapun mereka adalah
memohon kepada Allah maka jika Dia menghendaki maka Dia memberi mereka dan jika
Dia menghendaki maka Dia mencegah mereka. Adapun mereka (majlis kedua) maka
mereka mengajar manusia di mana aku diutus itu sebagai guru kemudian beliau
beralih ke majlis itu dan duduk bersama mereka [Ibnu Majah dari Abdullah bin
Umar dengan sanad yang lemah]
Perumpamaan petunjuk
dan ilmu yang mana Allah ‘Azza Wa Jalla mengutusku udalah seperti huian lebat
yang mengenai bumi. Dari padanya ada sebidang tanah yang menerima air lalu
menumbuhkan padang rumput dan rerumputan yang banyak. Dari padanya ada sebidang
tanah yang menahan air lalu Allah ‘Azza Wa Jalla memberikan manfa’at kepada
manusia dengannya di mana mereka minum, memberi minum dan bercocok tanam dari
padanys. Dan dari padanya ada sebidang tanah yang gerssng, tidak dapat menahan
air dsn tidak menumbuhkan padsng rumput [Muttafaq ‘alaih dari Abu’Musa]
Perumpamaan yang
pertama beliau sebutkan bagi orang yang dapat mengambil manfa’at dengan
ilmunya. Yang kedua bagi orang yang dapat memberikan manfa’at (kepada orang
lain). Dan yang ketiga bagi orang yang terhalang dari dua ha-l itu (nomor dua
dan tiga).
Apabila anak Adam
meninggal maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga, yaitu ilmu yang
bermanfa’at …[Muslim dari Abu Hurairah]
orang yang
menunjukkan atas kebaikan itu adalah seperti orang yang mengerjakannya [At
Tirmidzi dari Anas dan ia mengatakan gharib, dan H.R. Muslim, Abu Dawud dan An
Nasa’i dan ia menshahihkannya dari Abu Mas’ud]
Tidak ada iri kecuali
terhadap dua orang, yaitu seseorang yang dianugerahi hikmah alehAllah ‘Azza Wa
Jalla di mana ia’ menghukumi dengannya dan mengajarkannya kepada manusia, dan
seseorang yang dianugerahi harta lalu harta itu dibelanjakan dalam kebaikan
[Muttafaq ‘alaih dari Ibnu Mas’ud]
Semoga rahmat Allah
atas para khatifahku”. Ditanyakan : “Siapakah para khaldahmu ?,’. Beliau
bersabda : “Yaitu orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya
kepada para hamba Allah [Al Hasan, ada yang mengatakan bin AIi ada juga yang
mengatakan bin yasar Al Bashri. Hadits itu mursal]
wallahu a’lam.
Sumber: Ihya
Ulumuddin, Jilid 1 Bab Keutamaan Ilmu, Imam Al Ghazali, versi terjemahan,
penerbit As Syifa’, Semarang..